31.3.13

Sosiologi Penyimpangan Sosial

Pengertian Perilaku Menyimpang [Penyimpangan Sosial]
penyimpangan sosial

Adalah suatu tindakan yang diekspresikan oleh individu atau kelompok secara sadar atau tidak sadar yang akhirnya dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan dalam masyarakat, merupakan hasil dari proses sosialisme yang tidak sempurna atau disebabkan karena gagalnya seorang individu untuk mengidentifikasikan dirinya agar pola perilakunya sesuai dengan keadaan masyarakat.

Ciri-ciri penyimpangan sosial menurut Paul B. Harton sebagai berikut :
a.Penyimpangan harus dapat didefinisikan
b.Penyimpangan bisa diterima juga bisa ditolak
c.Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak
d.Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal
e.Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan
f.Penyimpangan sosial bersifat adaftasi (menyesuaikan)

Faktor penyebab timbulnya perilaku menyimpang :
Penyimpangan sebagai hasil sosialisasi yang tidak sempurna dibagi lagi menjadi
1.Sikap mental yang tidak sehat
2.Keluarga yang broken home atau disorganisasi keluarga
3.Pelampiasan rasa kecewa
4.Dorongan kebutuhan ekonomi
5.Pengaruh lingkungan dan media massa
6.Keinginan untuk dipuji atau gaya-gayaan
7.Proses belajar yang menyimpang
8.Ketidak sanggupan menyerap norma budaya
9.Adanya ikatan sosial yang berlainan
10.Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub kebudayaan menyimpang.

Beberapa contoh dari perilaku menyimpang
1. Tindakan kriminal dan kejahatan
Kriminalitas bukan bawaan sejak lahir, bukan juga pada warisan biologis. Tindakan kriminal dapat dilakukan secara sadar melalui perencanaan dan ditunjukkan untuk maksud tertentu. Tindakan kriminalitas merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap nilai dan norma atau pelanggaran terhadap aturan dan perundang-undangan yang berlak dalam masyarakat.
2.Kenakalan remaja ( juvenile deleguency )
Masalah kenakalan anak sering menimbulkan kecemasan sosial dan dapat menimbulkan kemungkinan “gap generation” sebab anak yang diharapkan sebagai kader penerus. Bangsa tergelincir kearah perilaku yang negatif. Perbuatan kenakalan remaja dapat berupa pengerusakan tempat/fasilitas umum, penggunaan obat terlarang, pencurian, perkelahian atau tawuran.
Adapun penyebab kenakalan remaja :
a.Lingkungan keluarga yang tidak harmonis ( broken home )
b.Di situasi yang menjenuhkan dan membosankan
c.Lingkungan masyarakat yang tidak menetu seperti lingkungan kumuh
3. Penyimpangan seksual
Adalah aktifitas sksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual tidak sewajarnya. Beberapa bentuk penyimpangan seksual diantaranya :
a.Homoseksual e. Voyeurisme
b.Transeksual f. Fetishisme
c.Sadomasokisme g. Paedophilia
d.Ekshibisme
Penyimpangan seksual seperti ini dapat menyebabkan berkembangnya virus AIDS.
4.Penyalahgunaan narkotika.
Penggunaan obat-obat jenis narkotika telah diatur dalam seperangkat peraturan yang bersifat formal. Jenis-jenis narkotika antara lain, opium, ganja, morfin, obat-obatan tergolong aditif atau bersifat cumbu hingga bisa menimbulkan ketergantungan. Bila dikonsumsi secara berlebihan hal itu tentu sangat berbahaya karena dapat merusak fisik maupun mental sipemakai. Bisa juga merusak organ-organ tubuh hingga tidak berfungsi sempurna. Akibatnya pikiran menjadi tidak rasional dan sulit membedakan perbuatan baik dan buruk.
5.Sadisme terhadap anak.
Penganiayaan terhadap anak merupakan bentuk perilaku menyimpang yang akhir-akhir ini semakin marak yang terjadi dalam masyarakat. Sadisme terhadap anak secara kualitas dan nkuantitas semakin meningkat, bukan hanya penganiayaan yang bisa mengakibatkan gangguan fisik, tetapi juga gangguan psikis (trauma) berkepanjangan. Perasaan kecewa dan friustasi ini dapat dipicu oleh berbagai hal, sah satunya faktor ekonomi. Bagaimanapun bentuknya sadisme terhadap anak merupakan bentuk perilaku menyimpang, karena tidak sesuai dengan norma-norma, baik norma agama, norma sosial maupun norma hukum.

Cara-cara pengendalian sosial dan tidak berfungsinya lembaga pengendalian sosial
Suatu proses pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai cara yang ada pokoknya berkisar pada cara-cara tanpa kekerasan (persuasif) ataupun dengan paksaan (represip). Dalam suatu masyarakt yang tenteram, cara-cara yang persuasif mungkin akan lebih efektif daripada penggunaan paksaan. Hal ini disebabkan sebagian besar kaidah dan nilai-nilai sosial telah melembaga atau bahkan mendarah daging dalam diri para warga masyarakat.

Untuk melaksanakan hal tersebut ada beberapa cara pengendalian sosial yang adapat dilakukan, antara lain saebagai berikut :
a.Cemoohan.
Jika salah seorang anggota masyarakat atau kelompok berbuat sesuatu yang dianggap menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku maka kelompok atau seseorang tersebut akan dicemooh atau diejek oleh anggota masyarakat yang lain dengan tujuan agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma itu lagi. Cemoohan atau ejekan disini bertujuan untuk mengendalikan penyimpangan sosial.
b.Teguran.
Teguran merupakan satu bentuk pengendalian sosial. Teguran bisa berupa peringatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
c.Gosip atau Desas-desus
Gosip atau desas desus adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak berdasarkan kenyataan. Biasanya terjadi ketika kritik sosial secara terbuka, tetapi tidak dapat dilontarkan. Dengan gosip tersebut individu yang berperilaku menyimpang akan merasa malu dan bersalah sehingga akan lebih berhati-hati dalam bertindak.
d.Pendidikan.
Jika pengendalian sosial melalui pendidikan dilakukan secara efektif, maka bentuk-bentuk pengendalian sosial yang lain hanya sebagai pendukungnya. Pendidikan adalah proses yang diawali sejak sejak lahir, berlangsung sepanjang hidup, dan merupakan cara pengendalian sosial yang efektif.
e.Agama.
Setiap pemeluk agama yang taat akan menguasai kebenaran ajaran agamanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Jika melanggar ajaran agamanya ia akan merasa berdosa, tersingkir dan akan berusaha bertobat. Agama juga merupakan sarana pengendalian sosial yang efektif.
f.Ostrasisme ( Dikucilkan )
Ostrasisme dapat diartikan sebagai pengucilan. Misalnya ada seorang angggota masyarakat yang walaupun diperbolehkan bekerjasama dalam kelompok masyarakat, tetapi dia tidak diajak berkomunikasi. Tujuan Ostrasisme atau pengecualian ini agar anggota masyarakat yang bersangkutan atau masyarakat lainnya tidak melakukan pelanggaran terhadap nilai dan norma yang berlaku.
g.Fraundulens.
Fraundulens adalah pengendalian sosial dengan jalan meminta bantuan kepada pihak lain yang dianggap dapat mengatasi masalah.
h.Intimidasi.
Salah satu bentuk pengendalian sosial adalah intimidasi, intimidasi dilakukan dengan cara menekan, memaksa, mengancam atau menakut-nakuti.
i.Hukuman

Setiap masyarakat telah mengembangkan sistem penghargaan dan hukuman (sanksi) agar merangsang anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang berlaku. Sanksi positif dihubungkan dengan penghargaan-penghargaan yang diberikan pada seseorang yang dapat menyesuaikan dari sanksi negatif berupa hukuman-hukuman yang mungkin diterapkan apabila seseorang tidak berhasil menyesuaikan diri.

Perilaku menyimpang terjadi oleh adanya pertentangan antara perasaan, pikiran dan tindakan seseorang terhadap penerapan nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat. Terbentuknya lembaga pengendalian sosial tidak hanya berfungsi memberantas atau memperbaiki perilaku yang menyimpang tetapi juga berfungsi mencetak terjadinya perilaku tidak menyimpang. Pengendalian sosial dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Pengendalian internal merupakan pengendalian yang dilakukan oleh komponen masyarakat atau sendiri dibawah koordinasi para pemuka adat dan tokoh masyarakat serta pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pembudayaan norma dan nilai sosial dari generasi tua ke generasi muda.
Apabila pengendalian ini berhasil, maka sesungguhnya pengendalian sosial tidak memerlukan aparat formal.Seperti : kepolisian, kejaksaan, dan pengendalian. Hal itu dapat terjadi pada masyarakat yang masih primitif.

0 comments:

Posting Komentar

Sara Jorok Spam ma'af , Saya Hapus